Foto Pemandangan Alam Gunung Lokon yang bisa dinikmati dari Negeri Woloan.ist.
ESN, Tomohon – Negri Woloan, adalah salah satu daerah yang terletak di Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon, yang belakangan oleh pemerintah dimekarkan menjadi 4 Kelurahan.
Terkenal dengan produksi rumah panggungnya, membuat nama Negeri Woloan sudah terkenal sebelum Tomohon dimekarkan menjadi Kota.
Wajar, karena rumah panggung produksi Negeri Woloan telah di ekspor tidak hanya di dalam negeri, melainkan hingga ke mancanegara.
Masyarakat di Negeri Woloan mayoritas adalah petani dan sebagian besar dewasa hingga anak-anak masih menggunakan bahasa daerah Tombulu, sebagai bahasa sehari-hari.
Negeri Woloan juga sangat terkenal dengan ragam seni budayanya, mulai dari tarian ma’zani, tarian maengket hingga kawasaran.
Bahkan ragam seni budaya tersebut hingga kini masih lestari ditengah kemajuan tekhnologi saat ini.
Tak heran, dari beragam lomba budaya baik tingkat lokal hingga nasional, Negeri Woloan selalu menjadi juaranya.
Negeri Woloan juga terkenal dengan keindahan alamnya. Beragam lokasi wisata yang menawarkan suasana alam yang sejuk dan indah dihiasi sunset, banyak terdapat di daerah ini.
Oleh karenanya, tidak berlebihan rasanya jika Negeri Wolaon ini, bisa disejajarkan dengan daerah Bali, yang juga sangat mengandalkan wisata budaya plus keindahan alamnya.
Namun sayangnya, beragam potensi Negeri Woloan tersebut, belum mendapat perhatian sepenuhnya dari Pemerintah Kota Tomohon.
Buktinya, selama pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF), Negeri Woloan tidak pernah dijadikan daerah tujuan wisata bagi para tamu TIFF.
Padahal, di Negeri Woloan bersamaan dengan TIFF, selalu dilaksanakan beragam kegiatan budaya dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Negeri Woloan.
Kegiatan budaya tersebut sudah pasti bakal menarik untuk dihadiri para tamu TIFF.
Tapi entah kenapa, Kegiatan budaya tersebut, masih dipandang sebelah mata oleh Pemkot Tomohon.
Bahkan pada kegiatan budaya barusan, tidak ada satupun perwakilan Pemkot Tomohon yang hadir.
Mirisnya, 4 Lurah se-Woloan Raya beserta para perangkatnya, tidak ada satupun yang datang menghadiri kegiatan tahunan Negeri Woloan tersebut.
“Mereka seperti di perintah untuk jangan hadir, ini sangat disayangkan. Bahkan ada beberapa anggota DPRD asal Woloan yang semuanya terundang, juga tidak datang,” ungkap Hanny Meruntu, warga Woloan yang mengaku bersedih atas kejadian tersebut.
Derita Negeri Woloan Berlanjut
Belum hilang rasa sedih Hanny Meruntu beserta seluruh masyarakat Woloan atas ketidakhadiran pemerintah pada acara budaya dalam rangka HUT Negeri Woloan.
Mereka lalu dikejutkan dengan peristiwa dibongkarnya makam para leluhur yang terletak di Kelurahan Woloan Dua.
Kondisi makam tampak memprihantinkan. Batu-batu nisan sengaja dibiarkan berserakan.
Belakangan diketahui, pelaku pembongkaran makam adalah pihak Kontraktor diduga atas perintah Dinas Lingkungan Hidup. yang bekerja sama dengan pihak Kelurahan dalam hal ini Lurah Woloan Dua.
Kata Lurah Woloan Dua Jane Kures, lokasi pekuburan leluhur tersebut bakal didirikan bangunan Bank Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup.
Lurah Jane beralasan pembongkaran terjadi karena oleh Dinas Lingkungan Hidup, lokasi itu diklaim sebagai milik pemerintah. “Ada titik koordinatnya,” ujarnya.
Meski demikian, Jane mengaku bahwa dia sempat meminta kepada pihak Kontraktor agar jangan dulu melakukan pembongkaran sebelum mendapat ijin dari tua-tua kampung dan tokoh adat Negeri Woloan.
Pembongkaran kuburan para leluhur tersebut langsung menimbulkan reaksi dari masyarakat Negeri Woloan. Merekapun langsung menggelar pertemuan dengan pihak kelurahan beserta Dinas Lingkungan Hidup.
Akhirnya disepakati dalam pertemuan, proyek Bank Sampah untuk sementara dihentikan sambil menunggu keputusan sidang adat oleh 94 Marga se-Woloan raya.
